Menurut agama, orang yang kaya bukan yang melimpah hartanya. Orang yang kaya adalah yang hatinya merasa cukup dengan pemberian Allah subhanahu wa ta’ala (qana’ah).
Orang yang hatinya selalu rakus dengan dunia tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Ia selalu melihat kepada orang yang lebih tinggi darinya dalam urusan dunia. Akhirnya, ia meremehkan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam kalbunya tumbuh rasa hasad dan iri terhadap orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barang siapa yang akhirat menjadi tujuannya, Allah subhanahu wa ta’ala jadikan rasa kecukupannya dalam hatinya. Allah subhanahu wa ta’ala akan kumpulkan baginya urusan-urusannya yang berceceran. Dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina dan mudah didapat. Sebaliknya, barang siapa yang dunia menjadi tujuannya, Allah subhanahu wa ta’ala jadikan kefakirannya terpampang di hadapan kedua matanya; Allah subhanahu wa ta’ala cerai-beraikan urusannya, dan dunia tidaklah sampai kepadanya kecuali apa yang telah ditakdirkan untuknya.” (HR. at-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. dalam Shahih al-Jami’ no. 6510)
Orang yang kefakirannya selalu terpampang di hadapannya, bagaimana akan merasa bahagia? Orang yang tidak pernah puas dengan pemberian Allah subhanahu wa ta’ala, bagaimana ia tidak tersiksa?
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Apabila Anda memiliki hati yang merasa puas dengan pemberian Allah subhanahu wa ta’ala, Anda sama dengan raja dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كثُرَ وَأَلْهَى
“Sesungguhnya yang sedikit dan mecukupi lebih baik daripada yang banyak namun melalaikan.”
https://t.me/mahad_tareem