Berkata Sulthanul Qulub al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa :
"Iman itu naik dan turun, dan jika sedang saat menurun demikian, maka ingatlah mati. Ketika tangan tangan para kekasih mengusung kita dan menurunkan tubuh kita kedalam lahad dengan air mata kesedihan, tahukah keadaan kita?
Seluruh tali pengikat kafan dibuka, lalu wajah di buka dari kafan, tubuh di taruh dalam posisi miring menghadap ke kanan yaitu kiblat, lalu punggung kita di ganjal batu bata agar tubuh tidak terlentang lagi, yaitu tetap miring menghadap kiblat, dan wajah kita ditempelkan ke dinding kubur, agar terus wajah kita mencium tanah dinding kubur yang lembab itu.
lalu kayu kayu papan ditaruhkan diatas tubuh kita bersandarkan dinding kubur, menutup seluruh tubuh kita agar tanah tidak langsung menimpa tubuh, lalu tanah mulai ditumpahkan diatas tubuh kita.
Setelah itu kita sendiri disana, dalam kesempitan dan kegelapan, panas, gelap, sendiri, bukan sebulan atau dua bulan, tapi bisa ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun sendiri.
Tak bisa curhat, tak bisa berhubungan dengan siapapun, tak bisa bergerak kemana mana, tak ada pemandangan, tak ada warna, yang ada hanya kegelapan dan kegelapan, menunggu dan menunggu, ribuan tahun sendiri, yang di tunggu adalah sidang akbar pertanggungan jawaban.
Harap harap cemas diselingi putus asa dan penyesalan itulah yang terus menghantui kita kelak.
Ketika mengingat ini maka leburlah segala kekerasan hati, ia pun mencair dan jiwa terpanggil untuk sujud sambil menangis, mengadu pada Allah jika ingat akan hal itu, karena hanya Dialah yang melihat keadaan kita saat itu... Hanya Dialah yang ada saat itu...
Untuk inilah kita shalat..
Agar Dia tak melupakan kita saat itu dan mengasihani kita yang telah terbujur kaku didalam tanah lembab ribuan tahun."
Allahumma shalli allaa sayyidinna muhammad wa,alla ali sayyidinna muhammad