Senyum dari anggota keluarga dapat menghadirkan surga di rumah.
Kesan pertama kepada pasangan sangat ditentukan oleh raut muka. Bila menerima suami usai pulang bekerja dengan senyum, maka dia akan menjadi senang. Rasa capeknya selama berkutat dengan pekerjaan hilang.
Demikian pula istri dapat memberikan gambaran bahwa di rumah baik-baik saja lantaran telah menyapa suami dengan senyum terbaik. Segala pekerjaan rumah beres, dengan demikian seluruh keluarga dapat menikmati hari berkumpul bersama.
Senyum atau menampakkan diri dengan wajah berseri di hadapan orang lain bukan tidak bernilai dalam Islam. Senyum yang tampak remeh dan sepele bagi sebagian orang memiliki arti luar biasa sehingga, Imam Muslim dan At-Tirmidzi, meriwayatkan sabda : "Rasulullah SAW, betapa pentingnya sebuah senyum ketika berhadapan dengan orang lain.
عن أبي ذر قال قال لي النبي {صلى الله عليه وسلم} لا تحقرن من المعروف شيئاً ولو أن تلقى أخاك بوجهٍ طليق رواه مسلم والترمذي
Artinya: Dari Abu Dzar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkata kepadaku: "Kamu jangan mengecilkan kebaikan sekecil apapun, meski kau hanya menampakkan diri dengan wajah berseri di hadapan saudaramu." (HR Muslim dan At-Tirmidzi).
Dalam riwayat, Imam At-Tirmidzi, Rasulullah SAW, mengatakan bahwa senyum di hadapan orang lain memiliki nilai pahala sedekah. Apalagi kalau senyum itu dibarengi dengan semangat berbagi terhadap sesama melalui sedekah itu sendiri, maka tentunya memiliki arti yang sangat luar biasa.```
عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تبسمك في وجه أخيك لك صدقة
Artinya: "Dari Abu Dzar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Senyummu di hadapan saudaramu bernilai pahala sedekah bagimu." (HR At-Tirmidzi).
Senyum tentu memiliki efek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Banyak sekali manfaat atau kemaslahatan yang berawal dari saling senyum dan saling sapa dengan semangat persaudaraan dan semangat persahabatan.
Senyum memang tampak remeh dan sepele. Tetapi di balik senyum yang tulus di hadapan orang terdapat sebuah kelapangan jiwa, kerendahan hati, dan semangat penghormatan terhadap orang lain.
Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan agar kita tidak mengecilkan senyum di hadapan orang lain.
Lalu bagaimana dengan senyum terhadap orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, atau bahkan suami dan istri? Jawabannya tentu lebih dianjurkan Rasulullah SAW, pernah berpesan kepada putrinya, Siti Fathimah RA untuk senantiasa senyum dan menjaga air muka di hadapan suami.
Senyum seorang istri terhadap suami memiliki ganjaran besar dari Allah SWT.
يا فاطمة أيما امرأة تبسمت في وجه زوجها إلا نظر الله لها بعين الرحمة
Artinya: "Wahai Fatimah, tiada seorang istri yang tersenyum di hadapan suaminya kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih (rahmat)." (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Uqudul Lujain fi Bayani Huquqiz Zaujain, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 13).
Senyum dan air muka yang cerah suami dan istri satu sama lain dapat melahirkan pandangan rahmat Allah terhadap rumah tangga.
Dari senyum satu sama lain ini, Allah menurunkan rahmat, berkah, kasih sayang, ketenteraman, dan keharmonisan di dalam rumah tangga tersebut.
Karena itu, lepas suami bekerja dengan senyum agar memiliki semangat dalam mengais rejeki. Demikian pula, sambut dia kala pulang kerja dengan senyum merekah sebagai tanda bahwa rumah telah siap sebagai surga bagi keluarga.```
وَاللّٰهُ أَعلَمُ بِالصَّوَابِ